Sabtu, 19 Desember 2009

Topeng Monyet Jadi Andalan



Ketika jalan ke bawah Jembatan Fly Over Kota Bandung banyak sekali orang-orang yang mengais rejeki disana,ada laki-laki yang berdandan seperti perempuan terus mereka ngamen dengan menggunakan alat musik se-adanya (tutup-tutup botol yg di paku ke sebuah kayu),ada orang-orang cacat yang meminta-minta dan banyak lagi yang lainnya,tetapi di satu sisi pemandangan yang menurut saya unik dan langka yaitu Topeng Monyet di bawah Fly Over/Jembatan Layang,yang kita ketahui gerombolan orang-orang yang mengais nafkah dengan menggunakan topeng monyet yaitu keluar masuk kampung bukan di bawah jembatan layang. Saya berpikir ketika di benak saya timbul sebuah pertanyaan kenapa harus di bawah jembatan layang??,dari sebuah pertanyaan dalam otak saya itu muncul pula suatu jawaban "sebab kalau mencari nafkah dengan keluar masuk kampung/desa kurang peminatnya,yang saya tahu sekarang masyarakat desa juga sudah mengenal dunia kota yang penuh dengan gelamor dan masyarakat desa sekarang menganggap topeng monyet itu adalah suatu permainan yang kurang begitu menghibur dibandingkan dunia gemerlap (DUGEM),mall-mall besar yang ada di kota-kota,dan banyak lagi yang lainnya.Maka mereka yang mengandalkan nasibnya ke permainan topeng monyet berpindah haluan pula ke kota dengan memilih tempat Fly Over/Jembatan Layang,dengan berharap menghasilkan pendapatan yang lebih dari pada mereka mengadu nasib di desa-desa/kampung-kampung.

Tetapi buat pengguna jalan raya terutama saya sendiri menjadi suatu hiburan,dimana hiburan yang seperti itu sekarang hampir bisa dikatakan hilang dan malah langka,tergantikan dengan permainan-permainan luar negeri yang sangat amat menarik. Kalau menurut saya tontonan topeng monyet itupun menarik dan orang yang mengendalikan monyet itu tidak sembarangan menyuruh monyet,mereka ada latihan-latihannya.Apa bedanya dengan permainan-permainan luar negeri,toh....sama harus mempunyai keahlian dalam menggeluti suatu bidangnya.

Saya yakin ketika para pengguna jalan raya melihat mereka yang mengadu nasib melalui topeng monyet timbul pertanyaan di benak kita semua "berapakah uang yang mereka dapatkan?,apakah bisa mereka menafkahi anak-anak dan istri mereka?,bagaimana ketika dalam satu hari mereka tidak mendapatkan hasil/uang?,mau makan apa anak istri mereka?". Berbeda dengan orang-orang yang mampu,buat mereka pertanyaan itu bisa dikatakan tidak ada bagi diri mereka yang mampu. Bagi orang-orang yang mampu bisa menjalankan hidupnya dengan tenang,makan terjamin dan hidup pun terjamin,tetapi saya bisa menjamin hati orang-orang yang susah seperti mereka yang mencari nafkah lewat topeng monyet lebih tentram dibandingkan hati orang-orang yang punya segalanya.

Di negara-negara maju,malah permainan-permainan rakyat itu di lestarikan agar tidak punah di makan zaman,tetapi di Indonesia sendiri permainan-permainan khas Indonesia salah satunya topeng monyet justru di lupakan begitu saja,bahkan bukan topeng monyet saja yang terlupakan,tetapi permainan-permainan rakyat yang lainnya di lupakan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia akibat adanya paham Wasternisasi.

Sungguh indah ketika permainan-permainan rakyat khas Indonesia tetap dipertahankan dan di lestarikan oleh masyarakat dan pemerintahan Indonesia,salah satunya Topeng Monyet,sebab topik saya di sini membahas mengenai topeng monyet.

Di Afrika,Topeng Monyet juga ada,tetapi bagi masyarakat Afrika permainan topeng monyet itu tetap di pertahankan agar tidak hilang. Jadi kapan ya Indonesia bisa mempertahankan permainan-permainan rakyat seperti itu????




Tidak ada komentar:

Posting Komentar