Selasa, 01 Desember 2009

Wiji Thukul



Wiji Thukul lahir tanggal 23 Agustus 1963 di Solo. Aktif berkesinambungan mulai sejak SMP ketika bergabung dengan Sanggar Teater Jagat. Lulus dari SMP, Thukul melanjutkan studi di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia ) meski hanya sampai kelas II. Disamping aktif berteater, Thukul juga menuli puisi. Puisinya pernah dibacakan di Radio PTPN Solo, dimuat di Muiara, NOVA, Swadesi, Inside Indonesia dan Suara Merdeka. Pergumulannya dengan kesenian kerakyatan semakin mendalam ketika mulai mengembangkan aktivitas kesenian di kampung bersama teman-temannya yang kebanyakan kaum buruh. Dia mulai membaca puisi bukan hanya digedung-gedung kesenian atau kampus, namun juga di bis kota , kampung bahkan di aksi-aksi massa . Kumpulan puisi yang sempat diterbitkan alah "Darman" dan "Mencari Tanah Lapang". Karya puisinya yang terkenal adalah yang berjudul "Peringatan" yang pada akhir bait puisi berteriaak : " …hanya ada satu kata: Lawan!"

Sebagai seniman yang dibesarkan di kampung, Thukul bersama kawan-kawannya mebangun kolektif kesenian kampong yang bernama "Sanggar Suka Banjir". Kelompok inilah yang mengkspresikan problem-problem rakyat yang teal. Dari sini pula Thukul mulai terlibat dalam aksi-aksi melawan ketidakadilan dan penindasan. Represi aparat mulai dirasakan ketika Thukul bersama rakyat di kampungnya memprotes pencemaran pabrik tekstil PT. Sari Warna Asli. Dalam aksi ini Thukul sempat ditangkap dan dijemur oleh aparat Polresta Surakarta. Namun tepresi ini tak menyurutkan langkahnya. Thukul kemudian bergabung dalam Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (JAKKER) yang aktif dalam aksi-aksi buruh. Dalam aktivitas inipun Thukul tak luput dari represi aparat. Dalam aksi buruh PT. Sritex bulan Desember 1995, Tukul dianiaya oleh aparat hinga salah satu matanya cidera hampir buta.

Wiji Thukul dinyatakan hilang sekitar bulan Maret 1998,di duga kuat hilangnya Wiji Thukul karena aktifitas Wiji Thukul yg pada saat itu kritis mengkritik REZIM ORBA melalui puisi2nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar